Langsung ke konten utama

Kala Itu di Sebuah Resto Thailand

@diaryduoel - Usianya dua saat itu, tahun tahun 2016 di bulan Juni. Kami hendak menjajal salah satu resto Thailand yang saat ini sudah tutup.

We still remember the place, the moment.

Mami memilih tempat di luar, area serupa kebun dengan maksud agar io bisa bebas berlarian tak bosan dengan kiri kanan dinding. Beruntungnya, salah satu pramusaji menawarkan io mainan mobil yang bisa dinaiki, sudah rusak tapi masih bagus. Emm gimana ya, sudah rusak tak jalan tapi masih bisa dinaiki dan yang penting io suka.



Sementara mami papi mencoba masakan dan makanan Thailand, io sibuk bermain. Sesekali io mengintai teh manis dingin dekat meja. Senyumnya merekah, melelehkan hati mami. Hingga saat ini.




Ada tomyam, ayam daun pandan, miang kham, dan rupa - rupa lainnya. Makanannya enak, tempatnya bagus, harganya terjangkau. Mami dan papi menyesalkan kenapa resto Thailand ini tutup.

Satu lagi nilai plus bagi papi, parkirannya luas. Bahkan di area luar terparkir mobil vw combi yang disulap jadi kedai minum. Kali pertama io bertemu dengan combi, berteriak-teriak lantas hingga hari ini jadi fans berat.

Iioo enggan pulang, dia bilang tak mau. Mau di sini selamanya, untunglah ada air mancur besar mengalihkan perhatiannya, dengan sabar dan gembira papi mengajak io sedikit bermain air. Giliran mami memotret, dan sebelum kami pulang. Mami menggendong io, dan meminta papi memotret kami di bagian samping resto.



Ahh senangnya, satu lagi waktu baik terabadikan. Menjadikannya kenangan suatu hari nanti, hari ini. Sang waktu yang sering terburu-buru berhasil kami tangkap saat itu, dia pasti senang kami berhasil menangkap dan mengemasnya dalam sebuah foto yang takkan kami lupakan.

Menjadi catatan menjadi kenangan.

Dan ya kini mami ingat, nama resto ini adalah Talad Thai.



Moment : Juni, 2016

@diaryduoel

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Media Sosial Khusus Untuk Anak? Saya Memilih Tidak

Diaryduoel - Ada masa saat saya secara sadar dan semangat membuatkan akun email dan media sosial untuk io dan ia, alasannya ingin menyimpan potret kalian di internet sehingga hanya butuh koneksi lalu saya bisa menikmatinya, ada juga alasan ingin membagikan kelucuan dan kegemasan io dan ia kepada dunia. Dunia loh ya, yang luas, besar dan dipenuhi berbagai orang itu. Yap internet kan emang dunia. Tapi bulan lalu, entah darimana saat saya membuka akun instagram io ia, saya merasa kesal dan marah pada diri sendiri. Mengapa saya sedemikian tak adil pada mereka, mereka adalah anak manusia. Anak saya yang juga punya hak untuk menolak dirinya diekspose jika enggan, angan saya mengembara pada waktu yang jika Allah perkenankan akan beradu pada moment : " Kok mami upload - upload foto aku yang ini ? " ahh saya tak mampu lagi membayangkannya.. Terjun di media sosial yang kadang jahat, saya dulu tak memikirkan jika misal apa yang saya sampaikan baik itu lewat caption atau gambar akan